Rindu yang teramat sangat, entah mengapa rasa ini sulit sekali nuy
hilangkan.
Apalagi saat mendengarkan lagu "Satu Rindu" dari Opick
atau lagu "So Soon' dari Maher Zein,
hummmp...terasa sesak dada ini. Selalu teringat dengan detik-detik
terakhir bersama beliau.
Jujur,ada sedikit penyesalan diri atas kepergian beliau, ada
harapan yang harus dikubur, dan ada cita-cita yang harus dihapuskan. Bolehkah
nuy bercerita sedikit? hanya sedikit saja kok, agar tak banyak membuang waktu
sobat sekalian.
Penyesalanku yang terdalam adalah nuy tidak bisa mengajak beliau melihat
IPB, ia melihat IPB tempat nuy menimba ilmu sekarang.. Ketika nuy dinyatakan
diterima di IPB, ibu nuy sangat bahagia, entah harus bagaimana menggambarkan
kegembiraan wajah beliau. Wajah yang sudah keriput itu, kembali bersinar dan
memancarkan aura kebahagiaan yang sudah lama tak terlihat. Mungkin karena nuy
adalah anak pertama beliau yang bisa melanjutkan pendidikan sampai jenjang
perguruan tinggi.
Dan saat kami berdua, beliau berkata “ Nuy, Alhamdulillah mamah mah meni bingah nguping nuy ditampi di IPB.
Kade nya sing tiasa jaga diri, ulah sok kababawa ku batur. Mamah hoyong terang
nu kumaha IPB teh, da teu acan kantos kaditu. Pokona pami nuy kaditu, mamah
hoyong ngiring ngarah apal IPB teh.” Nuy hanya bsa menjawab “Muhun mah, Alhamdulillah…geuning katampi oge
di IPB. Engkin pan nuy ka asrama, nya mamah pasti ngiring atuh, mapag nuy. hehe”.
Beliau melanjutkan berbicara “Pami nuy
kin di asrama, meureun di dieu mamah nyalira.” “Nya henteu atuh mah, pan seueur keneh wargi-wargi di dieu”
Percakapan itulah yang paling nuy ingat, saat
sehari sebelum beliau sakit. Tapi sampai sekarang nuy tidak bisa menepati
perkataan nuy pada beliau karena keesokkan harinya beliau sakit parah, hingga
divonis menderita stoke. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un…..begitu singkat
dan mendadaknya beliau sakit. Tak ada gejala atau tanda-tanda sedikit pun
menjelang beliau sakit. Beliau langsung dilarikan ke rumah sakit dan masuk
ruang IGD. Nuy sendiri yang mendaftarkan, yang merawat beliau, dan mencari
bantuan biaya rumah sakit untuk beliau.Walaupun saudara nuy banyak, tapi nuy
tak mau berdiam diri. Pikiran nuy hanya fokus untuk kesembuhan beliau. Semenjak
beliau sakit, nuy lupa dengan semuanya, persiapan kuliah nuy, persiapan
registrasi, semuanya terlupakan begitu saja. Sampai menjelang seminggu sebelum
masuk asrama, teman nuy mengingatkanku bahwa seminggu lagi nuy harus masuk
asrama IPB. Subhanalloh….rasanya berat sekali harus meninggalkan beliau
terbaring di rumah sakit. Nuy hanya bisa persiapan seadanya, berkas-berkas
registrasi nuy persiapan dengan segera, untung saja berkas nuy sudah lengkap
sebelumnya jadi hanya tinggal dirapihkan.
Berat rasanya kaki ini melangkah, air mata tak
dapat lagi nuy bendung, sehari sebelum registrasi nuy harus sudah berangkat ke
IPB. Ku tatap wajah beliau yang sayu dan beliau pun hanya bisa menatapku
kosong, tak bisa berkata-kata, hanya mata beliau yang bisa terbaca bahwa beliau
ingin berkata “Jaga dirimu baik-baik ia, nak. Ibu akan selalu mendoakanmu”. Ku
kecup kening beliau dan ku dekap beliau dengan erat. Lalu nuy hanya bisa
mencium tangan beliau dan berkata “Assalamualaikum wr. wb.”
Kami berangkat dari rumah pukul 22.00 wib dan
sampai di depan asrama pukul 00.00 wib. Asrama begitu sepi sekali, hanya ada
satpam yang sedang berjaga. Nuy kira, nuy bisa langsung masuk asrama saat itu
juga, tapi kata pak satpam nuy harus registrasi dulu di GWW baru bisa masuk
asrama. Karena saat itu masih tengah malam, nuy hanya menitipkan barang-barang
nuy di pos satpam dan kami pergi ke rumah saudara nuy yang di baranang siang.
Karena mobil yang kami gunakan harus ada di Cianjur lagi, terpaksa keluarga
pamit pada pukul 2.00 meninggalkan nuy sendiri dan saudara.
Nuy melakukan registrasi sendiri dan masuk asrama
sendiri, betapa irinya hati ini melihat orang-orang di sekitar diantar oleh
sanak keluarganya, tapi nuy hanya bisa menguatkan diri bahwa ini yang terbaik
untuk Nuy. Untung saja nuy sudah terbiasa sendiri.
Dan inilah perjalan hidup terberat yang pernah nuy
alami, setiap malam bahkan setiap tidur sosok beliau selalu hadir dalam mimpi
nuy, tak betah rasanya. Ingin sekali nuy kembali ke rumah, agar bisa merawat
beliau. Tapi sekali lagi nuy hanya bisa menguatkan diri bahwa ini yang terbaik
untuk nuy.
Tibalah saatnya hari raya bagi umat Islam, yaitu
hari Idul Fitri, senang rasanya bisa berada di rumah lebih dari satu minggu,
walaupun keadaan beliau tak pernah membaik, tapi harapan untuk sembuh selalu
ada. Sering sekali nuy berkata pada beliau “Cepat sembuh ia mah, kalau mamah
sembuh nuy pasti ajak mamah ke IPB”. Hehehe…walaupun kata-kata itu tak pernah
aku tepati samapi saat ini. Idul Fitri tahun ini adalah idul fitri teraneh
selama nuy hidup, karena nuy sendiri yang harus masak opor ayam, rendang,
bahkan ketupat. Tapi yang paling aneh adalah semua masakan yang akan disajikan
pada hari raya semuanya basi, entah salah dari apanya, padahal dari cara
memasaknya bumbunya, dan lain-lainya pun sama seperti tahun sebelumnya.
Ah…mungkin ini alamat dari kepergian beliau. Untung saja, idul fitri kali ini
harinya bergeser satu hari, jadi nuy bisa masak ulang semua masakan.
Saat Idul fitri tiba, wajah beliau begitu
bercahaya, putih merona. Seperti wajah anak remaja. Sayang, tak sempat nuy
mengabadikan wajah beliau dalam foto maupun video.
Satu minggu setelah Idul Fitri nuy harus kembali
ke IPB, karena semester pertama sudah dimulai kembali. Akan tetapi
keberangkatan nuy kali ini, dengan hati ikhlas meningalkan beliau, apapun yang
terjadi semua sudah kehendak Allah swt. Dan keesokan harinya, saat nuy sedang
berada di kelas Sosiologi Umum menunggu dosen yang belum datang, nuy
mendapatkan telepon dari rumah. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un… Telah
berpulang ke Rahmatulloh sang Ibunda tercinta pada hari pukul 11.58 hari Kamis
8 Syawal 1432 H. semoga beliau dimaafkan segala dosanya dan ditempatkan di
tempat terbaik di sisi Alloh swt.
Saat itu juga, nuy terduduk di depan kelas,
mengucapkan dzikir kepada Sang Pemilik Jiwa dan memohonkan ampun untuk semua
kesalahan beliau selama beliau hidup. Kemudian tanpa berfikir panjang, nuuy
pulang ke asrama dan pulang dengan motor jemputan keluarga.
Hmmmp..tak terasa, jari ini sudah mengetik kurang
lebih 1000 kata. Sampai di sini dulu ia sobat ceritanya, mudah-mudahan bisa
membuat nuy lega karena sudah mencurahkan kerinduanku pada beliau dan
mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca.