Rabu, 25 Desember 2013

Satu Rindu

Sobat, ketika nuy sendiri di kosan atau di mana pun nuy berada, nuy sering merasa rindu.
Rindu yang teramat sangat, entah mengapa rasa ini sulit sekali nuy hilangkan.
Apalagi saat mendengarkan lagu "Satu Rindu" dari Opick atau lagu "So Soon' dari Maher Zein,
hummmp...terasa sesak dada ini. Selalu teringat dengan detik-detik terakhir bersama beliau.

Jujur,ada sedikit penyesalan diri atas kepergian beliau, ada harapan yang harus dikubur, dan ada cita-cita yang harus dihapuskan. Bolehkah nuy bercerita sedikit? hanya sedikit saja kok, agar tak banyak membuang waktu sobat sekalian.

Penyesalanku yang terdalam adalah nuy tidak bisa mengajak beliau melihat IPB, ia melihat IPB tempat nuy menimba ilmu sekarang.. Ketika nuy dinyatakan diterima di IPB, ibu nuy sangat bahagia, entah harus bagaimana menggambarkan kegembiraan wajah beliau. Wajah yang sudah keriput itu, kembali bersinar dan memancarkan aura kebahagiaan yang sudah lama tak terlihat. Mungkin karena nuy adalah anak pertama beliau yang bisa melanjutkan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi.

Dan saat kami berdua, beliau berkata “ Nuy, Alhamdulillah mamah mah meni bingah nguping nuy ditampi di IPB. Kade nya sing tiasa jaga diri, ulah sok kababawa ku batur. Mamah hoyong terang nu kumaha IPB teh, da teu acan kantos kaditu. Pokona pami nuy kaditu, mamah hoyong ngiring ngarah apal IPB teh.” Nuy hanya bsa menjawab “Muhun mah, Alhamdulillah…geuning katampi oge di IPB. Engkin pan nuy ka asrama, nya mamah pasti ngiring atuh, mapag nuy. hehe”. Beliau melanjutkan berbicara “Pami nuy kin di asrama, meureun di dieu mamah nyalira.” “Nya henteu atuh mah, pan seueur keneh wargi-wargi di dieu

Percakapan itulah yang paling nuy ingat, saat sehari sebelum beliau sakit. Tapi sampai sekarang nuy tidak bisa menepati perkataan nuy pada beliau karena keesokkan harinya beliau sakit parah, hingga divonis menderita stoke. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un…..begitu singkat dan mendadaknya beliau sakit. Tak ada gejala atau tanda-tanda sedikit pun menjelang beliau sakit. Beliau langsung dilarikan ke rumah sakit dan masuk ruang IGD. Nuy sendiri yang mendaftarkan, yang merawat beliau, dan mencari bantuan biaya rumah sakit untuk beliau.Walaupun saudara nuy banyak, tapi nuy tak mau berdiam diri. Pikiran nuy hanya fokus untuk kesembuhan beliau. Semenjak beliau sakit, nuy lupa dengan semuanya, persiapan kuliah nuy, persiapan registrasi, semuanya terlupakan begitu saja. Sampai menjelang seminggu sebelum masuk asrama, teman nuy mengingatkanku bahwa seminggu lagi nuy harus masuk asrama IPB. Subhanalloh….rasanya berat sekali harus meninggalkan beliau terbaring di rumah sakit. Nuy hanya bisa persiapan seadanya, berkas-berkas registrasi nuy persiapan dengan segera, untung saja berkas nuy sudah lengkap sebelumnya jadi hanya tinggal dirapihkan.
Berat rasanya kaki ini melangkah, air mata tak dapat lagi nuy bendung, sehari sebelum registrasi nuy harus sudah berangkat ke IPB. Ku tatap wajah beliau yang sayu dan beliau pun hanya bisa menatapku kosong, tak bisa berkata-kata, hanya mata beliau yang bisa terbaca bahwa beliau ingin berkata “Jaga dirimu baik-baik ia, nak. Ibu akan selalu mendoakanmu”. Ku kecup kening beliau dan ku dekap beliau dengan erat. Lalu nuy hanya bisa mencium tangan beliau dan berkata “Assalamualaikum wr. wb.”
Kami berangkat dari rumah pukul 22.00 wib dan sampai di depan asrama pukul 00.00 wib. Asrama begitu sepi sekali, hanya ada satpam yang sedang berjaga. Nuy kira, nuy bisa langsung masuk asrama saat itu juga, tapi kata pak satpam nuy harus registrasi dulu di GWW baru bisa masuk asrama. Karena saat itu masih tengah malam, nuy hanya menitipkan barang-barang nuy di pos satpam dan kami pergi ke rumah saudara nuy yang di baranang siang. Karena mobil yang kami gunakan harus ada di Cianjur lagi, terpaksa keluarga pamit pada pukul 2.00 meninggalkan nuy sendiri dan saudara.
Nuy melakukan registrasi sendiri dan masuk asrama sendiri, betapa irinya hati ini melihat orang-orang di sekitar diantar oleh sanak keluarganya, tapi nuy hanya bisa menguatkan diri bahwa ini yang terbaik untuk Nuy. Untung saja nuy sudah terbiasa sendiri.
Dan inilah perjalan hidup terberat yang pernah nuy alami, setiap malam bahkan setiap tidur sosok beliau selalu hadir dalam mimpi nuy, tak betah rasanya. Ingin sekali nuy kembali ke rumah, agar bisa merawat beliau. Tapi sekali lagi nuy hanya bisa menguatkan diri bahwa ini yang terbaik untuk nuy.
Tibalah saatnya hari raya bagi umat Islam, yaitu hari Idul Fitri, senang rasanya bisa berada di rumah lebih dari satu minggu, walaupun keadaan beliau tak pernah membaik, tapi harapan untuk sembuh selalu ada. Sering sekali nuy berkata pada beliau “Cepat sembuh ia mah, kalau mamah sembuh nuy pasti ajak mamah ke IPB”. Hehehe…walaupun kata-kata itu tak pernah aku tepati samapi saat ini. Idul Fitri tahun ini adalah idul fitri teraneh selama nuy hidup, karena nuy sendiri yang harus masak opor ayam, rendang, bahkan ketupat. Tapi yang paling aneh adalah semua masakan yang akan disajikan pada hari raya semuanya basi, entah salah dari apanya, padahal dari cara memasaknya bumbunya, dan lain-lainya pun sama seperti tahun sebelumnya. Ah…mungkin ini alamat dari kepergian beliau. Untung saja, idul fitri kali ini harinya bergeser satu hari, jadi nuy bisa masak ulang semua masakan.
Saat Idul fitri tiba, wajah beliau begitu bercahaya, putih merona. Seperti wajah anak remaja. Sayang, tak sempat nuy mengabadikan wajah beliau dalam foto maupun video.
Satu minggu setelah Idul Fitri nuy harus kembali ke IPB, karena semester pertama sudah dimulai kembali. Akan tetapi keberangkatan nuy kali ini, dengan hati ikhlas meningalkan beliau, apapun yang terjadi semua sudah kehendak Allah swt. Dan keesokan harinya, saat nuy sedang berada di kelas Sosiologi Umum menunggu dosen yang belum datang, nuy mendapatkan telepon dari rumah. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un… Telah berpulang ke Rahmatulloh sang Ibunda tercinta pada hari pukul 11.58 hari Kamis 8 Syawal 1432 H. semoga beliau dimaafkan segala dosanya dan ditempatkan di tempat terbaik di sisi Alloh swt.
Saat itu juga, nuy terduduk di depan kelas, mengucapkan dzikir kepada Sang Pemilik Jiwa dan memohonkan ampun untuk semua kesalahan beliau selama beliau hidup. Kemudian tanpa berfikir panjang, nuuy pulang ke asrama dan pulang dengan motor jemputan keluarga.

Hmmmp..tak terasa, jari ini sudah mengetik kurang lebih 1000 kata. Sampai di sini dulu ia sobat ceritanya, mudah-mudahan bisa membuat nuy lega karena sudah mencurahkan kerinduanku pada beliau dan mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca.